Senin, 28 April 2014

GOD IS WATCHING - RENUNGAN

GOD IS WATCHING, Tuhan melihat perbuatanmu

GOD IS WATCHING

Tuhan Melihat Segalanya



Ayat bacaan: Amsal 15:3
================
"Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik."

Tuhan melihat segalanya
Punya anak anjing kecil empat ekor yang baru saja mulai lincah membuat saya sering meluangkan waktu untuk menyaksikan mereka bermain. Disamping mengawasi agar mereka tidak melakukan hal-hal bodoh, seperti menggigit kabel listrik misalnya, memperhatikan mereka agar tidak buang air sembarangan di lantai, saya juga bisa melihat kepribadian masing-masing. Ada yang hyperaktif, sangat lincah, ada yang pintar, ada yang pendiam dan ada pula yang senang menjahili saudara-saudaranya. Saya cukup mengawasi dari atas agar bisa melihat polah dan tingkah laku keempatnya. Itu terhadap empat ekor anak anjing kecil, bagaimana dengan manusia? Teknologi yang semakin maju saat ini sudah memungkinkan kita untuk bisa memantau situasi dari jarak ribuan kilometer sekalipun. Alat-alat seperti webcam, cctv dan sebagainya bisa membuat kita mampu untuk memantau tanpa terbatas lagi oleh jarak. Kamera satelit bisa menangkap gambar dari berbagai belahan dunia dengan cukup detail. Jika hari ini teknologi sudah bisa seperti itu, bagaimana lagi satu dasawarsa ke depan? 

Mata Tuhan sudah sejak awal mampu berfungsi seperti itu. Dia bisa berada di segala tempat pada waktu yang sama untuk memantau apapun yang kita lakukan. Salomo mengatakan "Mata TUHAN ada di segala tempat, mengawasi orang jahat dan orang baik." (Amsal 15:3). Tidak ada satupun tempat di alam semesta ini yang berada di luar jangkauan penglihatan Tuhan. Kita bisa membaca referensi lain akan hal ini lewat Mazmur 139 yang bertajuk "Doa di hadapan Allah yang maha tahu." Dalam bagian Mazmur ini kita bisa melihat bagaimana Tuhan "menyelidiki dan mengenal" kita. (ay 1). Dia mengetahui pikiran kita (ay 2), melihat kita bekerja dan beristirahat serta mengetahui apapun yang kita perbuat (ay 3), Dia pun tahu apa yang menjadi isi hati kita sebelum kita mengucapkannya. (ay 4). Tidak satupun tempat yang tersembunyi dariNya (ay 7-10), bahkan di tempat yang tergelap sekalipun Tuhan bisa melihat. (ay 11-12). Semua ini menunjukkan bagaimana mata Tuhan mampu menjangkau segala sudut terkecil sekalipun dari hidup kita. MataNya ada dimana-mana, di segala tempat, mengawasi yang jahat dan yang baik. 

Bagi orang yang baik, orang yang mengasihi Tuhan dan melakukan kehendakNya tentu ini merupakan sebuah kabar yang menggembirakan. Kita tahu sekarang bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita, Dia ada bersama kita dalam apapun yang kita lakukan. Tuhan berada bersama kita kemanapun kita pergi, dan itu bisa membuat kita tidak perlu takut menghadapi apapun. Menyadari keberadaan Tuhan dengan kasih setiaNya setiap waktu bersama kita akan membuat kita tahu bahwa semua yang kita lakukan demi kemuliaanNya tidak akan pernah sia-sia, meski tidak ada satupun orang yang melihat. Sebaliknya bagi  orang jahat, orang yang terus memilih untuk hidup cemar dalam berbagai dosa, ini adalah sebuah kabar buruk. Jika ada orang yang selama ini berpikir bahwa bisa selamat jika perbuatan jahatnya tidak diketahui orang lain, dari rangkaian ayat-ayat di atas kita bisa melihat bahwa tidak ada tempat atau kesempatan sedikit pun sebenarnya untuk menyembunyikan diri dari sorot mata Tuhan. Tuhan melihat segalanya dan tahu segalanya. Meski kebohongan, kecurangan atau kejahatan bisa tersimpan rapi dari pengamatan orang, serapi apapun itu, di mata Tuhan semua itu akan selalu terlihat dengan nyata dan jelas. 

Dalam Ibrani kita temukan ayat yang berbunyi: "Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab." (Ibrani 4:13). Baik atau jahat, semuanya akan sangat transparan di mata Tuhan. Apapun yang kita lakukan, rencana yang ada di pikiran kita atau perasaan dalam hati kita, ingatlah bahwa Tuhan sedang memandang kita dan akan terus melakukannya. Maka hendaklah kita menjaga sikap, perbuatan, pikiran, perasaan, tingkah laku dan perkataan kita agar seturut kehendakNya. Mari kita buat Tuhan tersenyum bahagia dan bangga melihat bagaimana kita menjalani hidup dengan sebaik-baiknya seperti yang Dia inginkan, dan rasakanlah penyertaan Tuhan dengan kasihNya sepanjang waktu.

Selama Tuhan bersama kita, tidak ada yang perlu kita khawatirkan


Senin, 21 April 2014

SAHABAT-RENUNGAN

SAHABAT, RENUNGAN

Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar


Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka yang membenci TUHAN? Karena hal itu TUHAN murka terhadap engkau." 2 Tawarikh 19:2
Sebagai makhluk sosial kita membutuhkan orang lain karena kita tidak dapat hidup tanpa membangun suatu hubungan atau kerjasama dengan orang lain. Hubungan baik dibina karena adanya kepentingan bersama; yang seseorang memerlukan orang lain, dan berdasarkan itu terjalinlah sebuah persahabatan. Sulit bagi seorang individu hidup seorang diri tanpa berhubungan dengan orang lain. Dan apa pun istilahnya, sebuah persahabatan selalu berkaitan dengan kepentingan. Namun, sebagai seorang Kristen, kita harus menempatkan Kristus sebagai teladan dan dasar utama dalam membangun hubungan dalam suatu persahabatan.

SAHABAT SEJATI

Pentingkah arti sahabat? Persahabatan yang bagaimana agar kedamaian, ketenangan, kebahagiaan dan keteduhan batin bermukim di dalam hati kita? Kita memerlukan seorang sahabat yang dengan jujur menegur dan membangun iman kita. Dari ayat firman Tuhan yang kita baca jelas menunjukkan bagaimana Yehu menegur raja Yosafat karena dia telah menjalin hubungan dengan orang-orang fasik, yaitu orang-orang yang tidak mengindahkan perintah Tuhan, suka melakukan kejahatan dan berhati busuk. Oleh sebab itu Yehu memperingatkan Yosafat agar segera mengakhiri hubungan yang terlarang itu, karena bila dibiarkan berlarut-larut akan berakibat fatal bagi dirinya dan kerajaannya. Alkitab menyatakan "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20), karena "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33).

Seorang sahabat yang baik akan menegur dengan jujur ketika ia mengetahui kesalahan yang dilakukan sahabatnya. Ia tidak peduli bagaimana reaksi sahabatnya itu, yang penting ia tidak mau melihat sahabatnya terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak benar di pemandangan Tuhan. Seorang sahabat sejati bila melihat sahabatnya dalam kesusahan tidak menghindar atau menjauh, tetapi segera memberikan pertolongan; bila tidak mampu menolong secara materi, ia memberikan jalan keluar dengan nasihatnya yang bijak. Ia bisa menjadi saudara ketika sahabatnya berada dalam kesukaran, bukannya malah memutuskan persahabatan itu 


Sumber : 

jc-kok

Senin, 14 April 2014

SOMBONG, RENUNGAN

SOMBONG, RENUNGAN


SOMBONG

Kesombongan

Bacaan: Daniel 4:1-37

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan. - Amsal 16:18


Ketika petinju Muhammad Ali sedang berada di puncak ketenarannya, ia berpergian dengan naik sebuah pesawat. Ketika hendak take-off, seorang pramugari mengingatkannya untuk mengenakan sabuk pengaman. Muh. Ali menjadi dengan lantang dan sombongnya menjawab, “Superman tidak perlu sabuk pengaman.” Dengan cepat sang pramugari menjawab, “Superman juga tak perlu naik pesawat terbang.” Lalu Muh. Ali segera memasang sabuk pengaman.
Begitu mudah bagi seseorang yang memiliki kelebihan untuk terperangkap dalam kesombongan, khususnya ketika dia merasa lebih tinggi dari orang lain. Pada saat yang sama, ia akan merasa minder dan rendah diri ketika berhadapan dengan seseorang yang memiliki level lebih tinggi dari dirinya. Inilah yang dalam bahasa psikologi disebut dengan distorsi self-image.
Bagaimana cara pandang yang benar, supaya kita tidak terjebak dalam kesombongan tapi juga tidak terjebak dengan perasaan rendah diri? Lihatlah diri kita sebagaimana Tuhan melihat kita. Tuhan melihat kita sebagai ciptaan yang berharga, maka hargailah diri kita. Demikian juga tanpa Tuhan kita bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa, itu sebabnya kita tidak boleh sombong dan bermegah diri.
Kesombongan adalah awal kehancuran! Menara Babel berakhir dengan kekacauan pada saat muncul kesombongan. Nebukadnezar direndahkan begitu rupa akibat sombong dan bermegah diri. Marilah kita jaga hati agar tidak terjebak dalam kesombongan. Ketika perusahaan kita berkembang pesat. Ketika jabatan kita mendapat promosi. Ketika prestasi kita menjadi perbincangan banyak orang. Ketika seseorang menyampaikan kekagumannya kepada kita. Hendaklah kita hati-hati dan tidak buru-buru menganggap diri kita Superman! Jangan biarkan semua hal tersebut membuat kita sombong, sebab saat kita sombong kita sedang menuju ke dalam kehancuran.
Tidak ada orang sombong yang bisa bertahan lama.

Sumber : 


Senin, 07 April 2014

DUSTA

Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar
DUSTA

Are You a Liar?


It is true. Most every person in the world has told a lie at one time or another. Maybe it was just a little “white lie” or possibly just an omission of the truth. No matter what the definition, lying is an issue worth examining, as many people believe it is a bigger problem today than it has ever been.
Most will agree that a lie is a deception of some kind and includes the range of means whereby people may be mislead.
Lying has been described as one of the most fundamental human activities that remains a flaw in our society.
There are frauds, fakes, omissions, and illusions dating back to the beginning of time. Never mind that the cultural and legal connotations of fraud and deceit are more evident from Descartes to the Clinton impeachment, but there are also attempts to model deception in the media and the political arena.
In the Bible, God tells us that he hates a “lying tongue” and defines a lie as “an intentional violation of the truth.”
Throughout the Bible there are hundreds of references to dishonesty, deceit, and false or misleading representations. Let us not forget one of the Ten Commandments says “Thou shalt not bear false witness against thy neighbor.”
So, most of us know full well that lying is wrong.
Why do we do it?
Dr. Gail Saltz, a psychiatrist at the New York Presbyterian Hospital, says everybody lies for one reason or another.
“We start lying at around age four and five when children gain an awareness of the use and power of language,” Saltz said. “This first lying is not malicious, but rather to find out, or test, what can manipulated in a child’s environment.”
She said lying then becomes a process leading to children using a lie to get out of trouble or get something they want.
Saltz said the bottom line is that a person who feels compelled to lie about both the small and large stuff has a problem. The consistent liar or “pathological liars” will lie at the drop of a hat. They do it to protect themselves, look good, gain financially or socially and avoid punishment.
“A much more troubling group is those who lie a lot, and knowingly. for personal gain,” she said.
“These people may have a diagnosis called antisocial personality disorder, also known as being a sociopath, and often get into scrapes with the law.”
What happens when we lie?
Those who tell the occasional lie or omit the truth find out that lying often gets worse with the passage of time.
It is a serious problem in today's society because our word does not mean what it used to mean. When a person lies, they have broken a bond with others around them.
Back in the day, people used to conduct huge business deals and close it with a gentleman's handshake. Their word was their bond.
But, serious deception exists today and often makes it impossible for us to trust another person again. Because the issue of trust is on the line, coming clean about the lie as soon as possible is the best way to mend fences.
"If the truth only comes out once it is forced, repair of trust is far less likely," Saltz said.
There is an ethical explanation about lying and is now being instructed as a university level class on ethics.
Tim C. Mazur of the Ethics and Compliance Officer Association says lies are morally wrong for two reasons.
"Lies flourish in social uncertainty, when people no longer understand, or agree on, the rules governing their behavior toward one another,” he said.
First, Mazur points out, is that lying corrupts the most important quality of a human being, which means it effects the ability to make free, rational choices.
Each lie contradicts the part of someone that gives them moral worth.
Second, lies rob others of their freedom to choose rationally.
Mazur said when a lie leads people to decide other than they would had they known the truth, the lies have harmed their human dignity and autonomy.
"As trust declines, cynicism spreads, and our overall quality of life drops,” he said.
“People may lie in pursuit of the greater good, but this can lead to a "slippery slope," where the line between cleverly calculated moral justifications and empty excuses for selfish behavior is exceedingly thin. Sliding down the slope eventually kindles morally bankrupt statements .”
How do you know if someone is lying?
There are ways to detect whether a person is lying or telling the truth.
Police, forensic psychologists, security experts and other investigators often use deception detection techniques to determine if they are on the right track in an investigation.
There are gestures and verbal cues that may indicate someone is being untruthful.
First, a person who is lying will avoid making eye contact. Experts say someone who is in the midst of telling a lie will also position their hands touching their face, throat and mouth. Touching or scratching the nose or behind their ear are also signs of dishonesty.
They are not likely to touch his chest or heart with an open hand if they are telling the truth.
A guilty person gets defensive during a conversation and if they are accused of lying. An innocent person will often go on the offensive.
A statement with a contraction is more likely to be truthful: “I didn't do it” instead of “I did not do it."
Eyes are also a big give away when it comes to lying. Studies show that if a person looks up and to the left then they are thinking about the question and constructing a lie. So, looking to the left constitutes a made-up answer.
Experts say that making statements that just don’t hold together will make someone appear to be a generally suspicious person.
If someone lies all the time, even about unimportant things, they are likely to have a problem that will eventually cause relationship, financial or legal troubles.
“Figuring out what is driving you to lie in the first place will help heal this self-destructive behavior,” Saltz said.
“This may mean going into treatment with a therapist to discover why you feel the need to deceive.”
How to stop lying:
Dishonesty has become so commonplace in politics, in business, and in the world in general that it seems downright normal. Studies confirm that people know instinctively that they should tell the truth.
We certainly expect it from others, knowing that the world can't function if no one is trustworthy.
Lies rob a person of all godly virtues. It comes as harmless yet its effects can be most devastating.
Christians believe that a person should not swear or tell a lie. But even the best people are tempted to tell a lie. Society must remember that a person's word must be their bond during family, business and personal times in life.
Lying is much harder than telling the truth and a person should hold the desire to be a trust worthy advocate for friends, family, and business partners.
No matter how hard it is to start- lay your foundation on the truth.
Many have laid the foundation of their lives on lies. Sooner or later that foundation will crumble. If you gained admission into a higher institution through forged certificates, repent, restitute and start all over again.
If you told a friend a lie, call them and tell them what you did and start the healing process.
All "official" lies must stop. Sign correct time of arrival. Stop lying about number of children just to reduce tax deductions. Go and apologize to those you have lied to or against.
Nobody cannot afford to miss the blessings God gives us when we are honest and trustworthy in all we do.


Here are a few Bible references dealing with the truth:
"Do not testify falsely against your neighbor."
Exodus 20:16
"The LORD hates cheating, but he delights in honesty."
Proverbs 11:1
"Truth stands the test of time; lies are soon exposed."
Proverbs 12:19
"Telling lies about others is as harmful as hitting them with an ax, wounding them with a sword, or shooting them with a sharp arrow."
Proverbs 25:18
"Though everyone else in the world is a liar, God is true."
Romans 3:4
"People with integrity have firm footing, but those who follow crooked paths will slip and fall."
Proverbs 10:9
"The godly person gives wise advice, but the tongue that deceives will be cut off."
Proverbs 10:9, 31
"Don't lie to each other, for you have stripped off your old evil nature and all its wicked deeds."
Colossians 3:9

Sumber : 


Harga : FREE / GRATIS

Rabu, 02 April 2014

RESEP RUMAH TANGGA DAMAI DAN HARMONIS - HUMOR

Sepasang suami istri di Texas Amerika sudah menikah selama 75 tahun dan tidak pernah bertengkar sekalipun, seorang wartawan yang menderngar kabar tersebut mewawancara suami istri tersebut untuk mengetahui resepnya rumah tangga damai.

Wartawan (w) , Suami (s), Istri (i)

W: Pak apa betul anda dan istri selama menikah 75 tahun tidak pernah bertengkar ?
S: Betul Nak..
W: Apa resepnya ?
S: Jadi semua bermula dari awal kita menikah begini ceritanya....

Kembali ke masa 75 tahun lalu ketika S & I masih pengantin baru dan hidup di jaman cowboy

Sepasang suami istri yang baru saja menikah di gereja, Pulang ke rumahnya dengan kereta kuda yang ditarik seekor kuda.
setelah agak jauh tiba tiba kuda terjatuh karena kakinya tersandung.

S turun dan membantu kuda berdiri , Seteleh kuda berdiri S berkata
S: Hi kuda saya hitung ke satu ya...
Istri yang melihat  S bicara dengan kudanya hanya tersenyum.

Kemudian perjalanan dilanjutkan, tak berapa lama kemudian tiba tiba kuda jatuh lagi.
Maka S pun turun dari kereta dan membantu kudanya lagi.
kemudian S berkata lagi.
S: Hi kuda saya hitung ini ke dua ya...
Istri yang mendengar S bicara dengan kuda kembali tersenyum

Setelah berjalan agak jauh tiba tiba Kuda jatuh lagi.
Maka S pun turun dan mencabut PISTOL nya Bang bang bang...
Kuda tumbang karena ditembak 3 kali.
Istri yang melihat kuda ditembak terkejut dan marah

I: Hi Suami kenapa kau tembak kuda ? Ini kan hari pernikahan. Jangan bunuh kuda dong.. @#$! bla bla bla
Suami cuma diam dan mendengarkan istrinya ngomel dan marah selama 10 menit.
Setelah istrinya berhenti bicara karena capek.

Suami berkata : Hi Istri saya hitung 1 ya....

Sejak saat itu rumah tangga mereka tidak pernah lagi bertengkar.

Sumber : Pendeta Sukirno Tarjadi


Senin, 31 Maret 2014

TUNDUK KEPADA TUHAN - OBEY THE GOD - RENUNGAN

Tunduk kepada Allah

 Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar
Tunduk
Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar
Tunduk 2

21 Inspirational Christian Quotes on Obedience

The following inspirational Christian quotes on obedience show the vast importance of heeding God’s commands and show that obedience to God’s commands are at the heart of Christianity and God’s will for us:


  1. The true follower of Christ will not ask, “If I embrace this truth, what will it cost me?” Rather he will say, “This is truth. God help me to walk in it, let come what may!”   A. W. Tozer
  2. It is a great deal easier to do that which God gives us to do, no matter how hard it is, than to face the responsibilities of not doing it. B.J. Miller
  3. God’s commands are designed to guide you to life’s very best. You will not obey Him, if you do not believe Him and trust Him. You cannot believe Him if you do not love Him. You cannot love Him
    unless you know Him.  
    Henry Blackaby
  4. We ought not to be weary of doing little things for the love of God, who regards not the greatness of the work, but the love with which it is performed.  Brother Lawrence
  5. The evidence that you are a person in whom obedience will one day be complete is that you are a person in whom obedience is already begun.  Colin Smith of Unlocking the Bible

  6. If you’re a Christian God has called you, laid His hand on you, and sprinkled you with His blood. Why? God’s purpose, when He calls us, is that we should pursue a life of obedience to Jesus Christ, and it is for this purpose that we are sprinkled by His blood.  
    Colin Smith from Sermon Feet: Walking in Obedience to Christ

  7. If Christ does not reign over the mundane events in our lives, He does not reign at all.  Paul Tripp
  8. Faith, as Paul saw it, was a living, flaming thing leading to surrender and obedience to the commandments of Christ.  A.W. Tozer
  9. Have you noticed how much praying for revival has been going on of late – and how little revival has resulted? I believe the problem is that we have been trying to substitute praying for obeying, and it simply will not work.  A.W. Tozer
  10. Wicked men obey from fear; good men, from love. Augustine
  11. One act of obedience is better than one hundred sermons.  Dietrich Bonhoeffer
  12. The golden rule for understanding in spiritual matters is not intellect, but obedience.  Oswald Chambers
  13. Lord, whatever you want, wherever you want it, and whenever you want it, that’s what I want. Richard Baxter
  14. See in the meantime that your faith brings forth obedience, and God in due time will cause it to bring forth peace.   John Owen
  15. The greatness of a man’s power is the measure of his surrender.  William Booth
  16. You can only learn what obedience is by obeying. Dietrich Bonhoeffer
  17. Obedience is the key to real faith.  Chuck Colson
  18. Greatness in the kingdom of God is measured in terms of obedience.  John Stott
  19. Just as worship begins in holy expectancy, it ends in holy obedience. If worship does not propel us into greater obedience, it has not been worship. Richard J. Foster
  20. True faith will inevitably manifest itself in the performance of works of obedience… The performance of works are the result of faith and the fruit of justification.  R.C. Sproul
  21. Obedience to God must never be delayed.  Zac Poonen

Abide in Me says Jesus. Cling to Me. Stick fast to Me. Live the life of close and intimate communion with Me. Get nearer to Me. Roll every burden on Me. Cast your whole weight on Me. Never let go your hold on Me for a moment. Be, as it were, rooted and planted in Me. Do this and I will never fail you. I will ever abide in you.  J.C. Ryle

Sumber
Harga : FREE / GRATIS


Senin, 24 Maret 2014

HIDUP SEORANG PAULUS - RENUNGAN

Kisah hidup Rasul Paulus, Sang Pembunuh orang kristen yang bertobat.

Hidup seorang  Rasul Allah, Paulus
Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar

RASUL PAULUS: Hidup yang Diubahkan!
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 September 2013 -

Baca:  Kisah Para Rasul 9:1-19a

"Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel."  Kisah 9:15

Hari ini kita belajar dari seorang yang telah diubahkan hidupnya dan menjadi pelayan Tuhan yang luar biasa:  Rasul Paulus, dahulu bernama Saulus, dilahirkan di Tarsus.  Secara keturunan ia terlahir sebagai bangsa Yahudi dan tumbuh sebagai seorang ahli Taurat.

     Sebelum bertemu dengan Yesus dan bertobat ia adalah seorang pemeluk agama Yahudi yang taat dan sangat membenci pengikut Kristus.  Namun pertemuannya dengan Yesus telah mengubah hidupnya secara drastis:  "Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: 'Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?' Jawab Saulus: 'Siapakah Engkau, Tuhan?' Kata-Nya: 'Akulah Yesus yang kauaniaya itu.'"  (Kisah 9:3-5).  Setelah itu  "Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum."  (Kisah 9:9).  Pengalaman adikodrati ini telah membuka mati hati Paulus bahwa ia telah dipanggil Tuhan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa kafir dan dipilih Tuhan untuk melaksanakan Amanat Agung Tuhan.  Firman Tuhan kepada Paulus,  "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!"  (Kisah 18:9).  Ini menunjukkan bahwa Tuhan memiliki rencana indah atas hidupnya.  Ia pun berkomitmen untuk mengabdikan seluruh hidupnya bagi Injil.  Pertobatannya mengubah pandangan hidupnya secara total.

     Dalam melayani Tuhan rasul Paulus bukanlah orang yang mengedepankan penampilan lahiriahnya, melainkan pada sesuatu yang ada di dalam dirinya:  karakter, sikap dan kepribadiannya.  Tidak ada kepura-puraan dalam pelayanan Paulus, atau melayani demi kepentingan pribadi dan dengan motivasi yang tidak benar.  Yang ada dalam benaknya hanyalah bagaimana ia bisa memuliakan Kristus, yang telah mati bagi dirinya:  "Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah...Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.  Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:20-22a).


Sumber : 
Harga : FREE / GRATIS

Jumat, 21 Maret 2014

Kata Tuhan Kamu Jodohku - Renungan untuk BBM / WA

Kata Tuhan kamu jodoh ku
Pada detik ini mungkin ribuan Joblowan & Jomblowati sedang menerima "PEWAHYUAN" mengenai jodohnya.
Inilah wanita dari tulang rusukku  atau inilah Pria yang darinya aku diciptakan :D Kakakaka
Ya demikian banyak Jomblo Kristen yang melakukan klaim seperti ini, Jadi sering Gadis Cantik atau Pemuda ganteng di gereja mendapatkan 2 atau

lebih pernyataan yang sama yaitu : "Kata Tuhan kamu jodohku...." Haiya Cialat !!

FIRMAN / pewahyuan dari  Tuhan tidak murahan seperti itu !
Percayalah Firman dan Wahyu dari TUHAN selalu turun dengan misi : Memuliakan Nama Tuhan dan membangun Gereja-Nya

Orang orang yang berkata "kata TUHAN kamu adalah jodohku" adalah orang yang menggunakan TUHAN sebagai alat untuk memuaskan EGO.
Sebagai alat untuk memaksa dan memberikan tekanan psikologis secara "ROHANI"  kepada orang yang diharapkan menerima cintanya.

Fakta :
Dalam Alkitab setahu aku cuma ada 2 pernikahan yang ditetapkan Tuhan
1. Adam dan Hawa
2. Hosea and Gomer - Wow siapa ya ? Baca Hosea 3:1

seorang yang berprofesi sebagai gembala selalu mengarahkan dan melindungi domba dombanya, Tapi penggembala domba tidak mengurusi si Domba A cinta sama Domba B atau Domba C mau kawin ama Domba D. Kecuali ada Domba yang mau kawin dengan Anjing gembala lha mungkin penggembalanya akan bertindak hahaha karena kalau tidak ditindak akan ada spesies baru  NJINGDOM atau DOMJING anak domba dan anjing kakaka

Syarat syarat pasangan sudah ditetapkan di alkitab :
1. Pernikahan harus bersifat monogami antara pria dan wanita (berlawanan jenis kelamin). Dengan demikian, Kekristenan menolak pernikahan sesama jenis kelamin karena bertentangan dengan ketetapan Tuhan (Kejadian 2:18-25).
2. Keduanya (pria dan wanita) haruslah orang yang beriman kepada Yesus Kristus (2 Korintus 6:14-18).
GBU
Pri 7B4C4932
=))

Lamb and PitBull

Dog mothering  Lamb
German shepherd & Sleeping Lamb


Senin, 17 Maret 2014

BINGUNG CONFUSED - RENUNGAN

bingung dan solusinya
BINGUNG
Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar




Merasa Bingung?

Nats : Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Lukas 24:45)

Bacaan : 1Korintus 2:9-16

"Bacalah tiga kali." Itulah nasihat yang diberikan oleh William Faulkner ketika para pembaca novelnya yang berjudul The Sound and The Fury (Suara dan Kemarahan) mengeluh bahwa mereka tidak dapat memahami isinya.
Itu nasihat yang baik. Beberapa buku perlu dibaca satu kali, dua kali, bahkan berulang kali sebelum kita dapat memahami isinya. Jika kita yakin buku itu memang bernilai, kita mungkin bersedia menyediakan waktu dan tenaga untuk memahami dan menangkap pesan yang terkandung di dalamnya.
Tentu saja nasihat Faulkner di atas dapat diterapkan pada bagian-bagian bacaan dalam Alkitab yang pada awalnya membingungkan kita. Rasul Petrus mengatakan bahwa surat-surat yang ditulis Rasul Paulus berisi beberapa hal yang "sukar dipahami" (2Petrus 3:16). Beberapa konsep tertentu mungkin sulit, tetapi bukan berarti tidak dapat dipahami.
Namun, bisa saja Anda menemukan beberapa bacaan yang tetap membingungkan meskipun telah dibaca berulang kali. Lalu bagaimana? Mintalah Tuhan untuk membuka pikiran Anda (Lukas 24:45; 1 Korintus 2:10-16). Carilah buku yang memberi penjelasan tentang bacaan itu. Bertanyalah kepada pendeta Anda. Jika tidak ada titik terang, kesampingkan bacaan itu untuk sementara waktu. Lalu nantikanlah dengan sabar hingga Roh Kudus menerangi apa yang membingungkan Anda saat ini. Pemahaman Anda akan bertumbuh seiring dengan pertumbuhan Anda dalam anugerah-Nya. Sementara itu praktekkanlah pengajaran yang telah Anda mengerti VCG

Open my eyes that I may see
Glimpses of truth Thou hast for me;
Place in my hands the wonderful key
That shall unclasp and set me free. --Scott

Sumber :
WARTA GEREJA MAWAR SHARON

Harga : FREE / GRATIS

Senin, 10 Maret 2014

HERO - Renungan

HERO - YEFTA



Most people respect and revere someone who acts bravely and does nobly, but how do they respond if the one they admire doesn’t appear to be a winner or a champion? Comprised of several valiant main characters, “Hero” retells a myth of how a small band of people worked and sacrificed to help unite the land we know today as China. Even though they may look like failures, the personal price they pay to lose becomes a victory for everyone else.

A Chinese prefect modestly referred to as “Nameless” (Jet Li) is brought before the King based on the report that he has killed the King’s three most powerful enemies: Sky (Donnie Yen), Broken Sword (Tony Leung), and Flying Snow (Maggie Cheung). Coming to receive his reward, Nameless is kept at a secure distance from the King and required to report his achievements. Through repeated flashbacks and various revisions of the past, Nameless and the King each present what they believe actually happened until the truth finally prevails. But their final consensus is just the beginning of an unavoidable confrontation.

The reasonable expectation for a martial arts film like this is that it will be filled with violence. There is an array of sword fighting, arrow shooting, stabbing and death, but it is interesting to note that the violence isn’t a typical assault of the senses. With all of the violent encounters, there is only one instance where we see actual blood shed. There are a few moments where we see someone stabbed, but the moments are brief, and the focus is on the person’s reaction. Considering the background and the culture of these kinds of films, the work is done to appreciate the artistry in how the fighting is done. Where Tarantino uses fighting for violence to be made cool, director Zhang Yimou employs fighting to display something graceful and poetic.

None of the violence is unnecessarily gratuitous or disturbing, and the reason for the fighting is always clear and purposeful. Aside from that, there is no foul language, but there is a brief instance where Jet Li is shown nude from the backside. Also, one short scene depicts two characters in bed together under a sheet. While there is no nudity, some of the sounds while they are together are explicit. Overall, these objectionable moments are very few and far between.

The craftsmanship of the filmmaking is exceptional, and may hearken one back to Ang Lee’s film “Crouching Tiger, Hidden Dragon” (but with less violence). Each flashback is presented with a different color (red, green, blue, and white), which enhances much of the visual entertainment of the film, but also depicts the various themes of the flashbacks. The production design and art direction are outstanding, and while the computer graphics are a little too much at times, the cinematography is still excellent.

The most evocative moment I experienced was one (of several) of the fights between Broken Sword and Flying Snow. Although Broken Sword has sworn to avenge the death of Flying Snow’s father (out of his love for her), he has realized that the best thing he can do is to lay down his sword and not fight. Not understanding why Broken Sword will not take revenge, Flying Snow fights Broken Sword and kills him. Stunned, she asks why he didn’t defend himself, to which he replies, “So you would believe me.” With his death, Snow is broken, and ends up dying with him.

Because Broken Sword and Flying Snow are lovers, there is a metaphor that can be extracted from this scenario of our relationship with Jesus Christ. It wasn’t until Broken Sword dies that Flying Snow finally understands—and believes—what he has been telling her. It’s at that point that she identifies herself with him and dies, too. She dies to her own way of thinking and stubbornness of how she wants things to be. So, too, Christ Jesus has died for us, sacrificing Himself so that we can believe Him and turn from our stubborn ways. When we repent like this (as Flying Snow does), we are dying to ourselves and identifying ourselves with Christ and His death.

But the Gospel doesn’t stop at Christ’s death. There is hope when we turn to Jesus Christ like this. Romans 6:5-8 (NAS) encourages us: For if we have become united with Him in the likeness of His death, certainly we shall be also in the likeness of His resurrection, knowing this, that our old self was crucified with Him, that our body of sin might be done away with, that we should no longer be slaves to sin; for he who has died is freed from sin. Now if we have died with Christ, we believe that we shall also live with Him. That is good news.

This is one of several aspects that can be highly appreciated in this film. It is highly entertaining and rich in beauty and meaning. There is too much good in it for a production like this to be ignored.

Sumber : 
WARTA GEREJA MAWAR SHARON
christiananswers.net
Harga : FREE / GRATIS

Senin, 03 Maret 2014

Amish Love - Kisah nyata kaum yang 5 anak gadisnya dibunuh

Amish Love

Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar

Sumber : WARTA GEREJA MAWAR SHARON
Harga : FREE / GRATIS


A Lesson of Forgiveness

A year ago Monday, gunman Charles Carl Roberts IV shattered a tranquil Amish community when he killed five young girls and injured five others at a schoolhouse in Nickel Mines, Pa.
Roberts lined the girls against the chalkboard and shot them. As police drew closer, he killed himself.
The act stunned the nation, which watched this private community deal with its loss. Away from prying media lenses, a group gathered Monday to remember the moment that catapulted its secluded community into the public arena.

A Year Later

During the last 12 months, the community has shown its resilience. It opened a new schoolhouse called New Hope Amish School just six months after the tragedy.
But the community also has changed in dramatic ways. The new schoolhouse has a locking steel door and an emergency release bar, but memories of the tragedy have not been erased easily.
"The pain is still very close to the surface," said Herman Bontrager, who worked with the Amish on their only public comment to mark the anniversary.
In the statement, they wrote about the miraculous turnaround of 6-year-old Rosanna King, who was shot in the head. Doctors didn't expect her to survive. "As of today she smiles a lot — big smiles — and recognizes family members and a few others and often responds to eye contact with a big smile," the statement said.
But Rosanna's recovery still isn't complete. She is still unable to speak.
Her sister Sarah Ann also was shot in the head. After reconstructive surgery, she is back in school.
"Her brain surgeon and therapists all said it's a true miracle that she recovered as fully as she did, which we thank God for," the community statement said.
While the girls continue their recovery, some of the young boys still struggle with survivor's guilt.
"They think, 'Could we have done anything? Could we have prevented this? These are 12- and 13-year-old boys," said Don Kraybill, who wrote a book about the shootings.

The Act of Forgiveness

Despite the trauma's impact on the community, faith inspired the Amish to reach out to the killer's family. They not only forgave him, but they handed over a portion of the $4.3 million they received in donations to Roberts' wife.
Since then Marie Roberts has moved from the area and remarried. In July, the Roberts family invited the Amish to a picnic.
"It was a gracious act of reconciliation by the killer's parents," said Bontrager, "but it was only possible I think because the Amish had made the decision to forgive."
In fact, the Amish see forgiveness as a lifetime task, according to Bontrager.
"The Amish would say that forgiveness is a journey," Bontrager said. "It doesn't erase the pain."
But the pain has given them a special insight few would ever know. When they witnessed another dramatic school shooting, this time on Virginia Tech's campus, the Amish traveled to the school and helped grieving families.

Kamis, 27 Februari 2014

KEADILAN - RENUNGAN

KEADILAN
Klik Gambar untuk membaca dalam ukuran besar
Harga : FREE / GRATIS



Keadilan Allah

Banyak di antara kita merasa penasaran dan tidak puas dengan kehidupan yang diberikan kepada kita. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Mengapa aku diperkosa dan teraniaya ketika masih kanak-kanak?" atau "Mengapa Tuhan menciptakan rupaku seperti ini?" boleh jadi terus-menerus mengganggu kita. Dalam usaha mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berat dan sulit ini, ada orang yang akhirnya menuduh Allah. Kala teringat akan pengalaman-pengalaman hidup yang menyakitkan, maka kita cenderung meragukan kebaikan dan perhatian Allah atas kita. Lebih dari itu, kita meragukan keadilan Allah. Namun, apakah yang Allah katakan tentang diri-Nya?
Ada tiga aspek yang utama dari sifat Allah yang berulang-ulang disebutkan dalam Alkitab, dan dapat disebut sebagai tiga serangkai sifat Ilahi. Tiga serangkai sifat ini adalah kemurahan, keadilan dan kebenaran. Dalam Yeremia 9:24 Tuhan berkata, "...Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di muka bumi; sungguh semuanya itu Kusukai, demikian firman Tuhan."
Sayangnya, banyak di antara kita berpikir, "Tentu, aku tahu Allah ajaib dan mengerjakan ha-hal yang baik, adil dan benar... di surga!" Namun apakah Anda tahu juga bahwa Allah mengerjakan belas kasihan, keadilan dan kebenaran di sini... di bumi? Aku tidak tahu bagaimana pikiran Anda. Namun saat ini aku lebih tertarik pada apa yang dikerjakan-Nya di bumi daripada di surga. Mengapa? Karena aku diam di bumi. Di sinilah keluargaku tinggal. Di sinilah aku perlu membayar untuk barang-barang keperluan sehari-hari, mengendarai mobil, bekerja, melayani... ya, di bumi! Alkitab berkata bahwa Allah menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi, dan Ia suka melakukannya. Ia tidak berkata, "Aduh, berat sekali menunjukkan kasih... tapi harus Kulakukan!" Tidak demikian! Firman-Nya berkata, bahwa "semuanya itu Kusukai."

Konsep Manusia tentang Keadilan

Hampir selalu aku heran dengan konsep keadilan. Dulu ketika aku masih sebagai seorang remaja yang belum diselamatkan, aku adalah seorang yang cepat marah dan cenderung marah karena aku dibesarkan dalam konsep keadilan yang salah. Kupikir bila seseorang memperlakukan aku dengan keliru, maka cara terbaik untuk membereskan masalah ini adalah "menghajarnya". Itulah keadilan. Dan semuanya akan beres.
Ketika menjadi Kristen, kupikir perangai angkaraku akan sirna dengan sendirinya. Ternyata tidaklah demikian. Aku pernah berpikir bahwa aku menang karena aku tidak sampai berkelahi. Namun secara emosi, pergumulan terus-menerus terjadi dalam batinku.

Karena tahu bahwa ledakan amarah ini menyakiti aku dan merusak kesaksianku bagi Kristus, maka aku menjerit memohon kepada Tuhan, "Tuhan, lepaskan aku! Bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa bebas?" Suatu ketika aku sedang berdoa dan Tuhan menyatakan satu kata spesifik untukku. Kata itu adalah keadilan... dan Tuhan menggunakan kata ini sebagai kunci sehingga aku mencapai kemenangan sejati dalam segi kehidupanku ini.
Jadi aku mulai mempelajari kata "keadilan" ini; mencari kapan dan bagaimana kata ini dipakai dalam setiap ayat di seluruh Alkitab. Akhirnya aku tiba pada kesimpulan bahwa kita lahir dengan naluri keadilan yang kuat; suatu naluri yang dalam mengenai kewajaran. Kalau naluri keadilan ini diganggu, maka kita memilih satu dari dua pilihan: 1).mengampuni orang yang bersalah, atau 2).memegangi insiden itu sehingga kita menentang orang yang memperlakukan kita secara tidak adil itu. Memegangi insiden ini dapat menyebabkan timbulnya amarah yang dalam.
Allah berkata bahwa Ia baik, adil dan benar. Ia tidak berdusta. Namun banyak dari kita, dalam hatinya, menganggap Allah sebaliknya. Kala mengalami hal menyakitkan, kita cenderung menyalahkan Allah. Memang sulit untuk mengakui bahwa secara tersembunyi dalam hati kita, mungkin saja ada pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab mengenai keadilan Allah; dan hal ini membuat kita ragu-ragu akan keadilan-Nya.
Namun Alkitab berkata, "...Tuhan adil... tidak berbuat kelaliman. Pagi demi pagi, Ia memberi hukum-Nya; itu tidak pernah ketinggalan pada waktu fajar" (Zefanya3:5). Alkitab berkata bahwa Allah tidak pernah dapat dipersalahkan, karena Ia adalah Allah yang setia, dan tidak pernah bersalah! Memang wajar kita memikirkan tentang ada apa sebenarnya di balik keadaan yang kita alami dalam kehidupan kita, tetapi kita perlu berhati-hati sehingga pertanyaan-pertanyaan kita tidak berubah menjadi tuduhan-tuduhan melawan Allah dan menjadi akar kepahitan dalam hati kita.

Ketidak-adilan pada Manusia

Bagaimana dengan pertanyaan dan pendapat mengenai ras, kebangsaan dan kebudayaan? Berapa banyak di antara kita yang ingin memilih warna kulit kita? Kita mungkin lahir dalam suatu ras atau budaya yang tertindas. Atau dianggap sebagai "warga kelas dua". Bahkan mungkin kita merasa pahit hati karena warna kulit kita atau tempat kelahiran kita.
Selama ribuan tahun memang terjadi ketidakadilan ras yang dahsyat di planet ini, - namun kita perlu menyadari bahwa hal itu bukan berasal dari Allah! Manusia menciptakan ukuran yang berbeda untuk menilai sesamanya, namun Allah tidak memandang manusia dengan cara itu! Tangan-Nya yang adil dan penuh kasih mencapai setiap ciptaan-Nya tanpa memandang ras, kebangsaan, dan kebudayaan orang itu.
Hal lain yang tidak kita pilih adalah keluarga kita. Pernahkah suatu ketika Anda berpikir, "Allah, ini tidak adil! Mengapa Engkau memberi ibu yang seperti ini? Mengapa Engkau memberi ayah yang seperti ini?" Dan memang pertanyaan-pertanyaan seperti ini bagus. Mengapa, Tuhan?
Anda harus ingat bahwa setiap anggota keluarga Anda memiliki kehendak bebas. Ayah dan ibu anda memiliki kebebasan untuk memilih hal yang benar atau salah. Beberapa keputusan yang mereka ambil mungkin melukai Anda amat dalam. Bahkan orang tua yang mengasihi Allah bisa saja berbuat kesalahan seperti ini. Ada banyak hal yang telah terjadi, dan akan terus terjadi, sebagai akibat dari sifat ketidakadilan pada manusia. Namun Allah tidak pernah tidak adil!

Jangan Menjadi Serupa!

Bagaimana rupa Anda? Apakah Anda memilih bagaimana rupa Anda? Seorang gadis berkata kepadaku, "Allah sungguh tidak adil! Coba lihat hidungku!" Kuperhatikan hidungnya, dan menurutku hidungnya bagus, ya... hidung yang normal. Namun ia berteriak, "Lihat, 'kan bengkok!" Kuperhatikan lebih saksama dan melihat ada sedikit saja kemiringan, namun iaterlalu membesar-besarkannya. Ia berkata, "Jika Allah adil, mengapa Ia menciptakan aku dengan hidung bengkok. Karenanya aku harus malu sepanjang hidupku!"
Kutatap gadis itu dan berkata, "Aku tidak mengerti mengapa kau mempunyai hidung yang bengkok, namun satu hal aku tahu pasti: Allah adil dalam segala jalan-Nya". Dalam Roma 12:2 Paulus berkata kepada kita, "Jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu." Tentu ayat ini dapat kita hubungkan dengan sikap kita terhadap rupa fisik kita.
Masyarakat menganggap suatu bentuk hidung sebagai hidung yang menarik, sehingga kita menilai semua bentuk hidung dengan acuan tersebut. Allah tidak dapat dibatasi. Ia menciptakan bermilyar-milyar bentuk dan ukuran hidung! Sebelum menuduh Allah tidak adil dalam menciptakan kita, pertimbangkan dan pikirkan variasi luar biasa dalam ciptaan-Nya. Kita harus memandang wajah, tubuh dan kemampuan kita dari sudut pandang Allah, dan bukan mengukurnya berdasarkan ukuran keindahan dan nilai yang dicanangkan manusia.
"...pekerjaan-Nya sempurna... segala jalan-Nya adil" (Ulangan 32:4). Tahukah Anda jalan pikiran Allah? jalan pikiranNya adalah mengenai cara Ia bekerja dan cara Ia menghadapi dan memperhatikan Anda. Banyak di antara kita dapat menerima fakta bahwa Allah bekerja, namun di antara kita terdapat orang-orang yang masih saja tidak suka terhadap jalan atau cara Ia bekerja.

Keadilan lawan Keseimbangan

Seringkali kita menganggap sama antara konsep manusia mengenai keadilan dan konsep Allah mengenai keadilan, padahal keduanya tidak sama! Masih ingatkah Anda kejadian-kejadian seperti ini ketika masih kanak-kanak? Kakak atau adik Anda mendapat kue lebih besar daripada kue yang Anda terima, atau lebih lama digendong ayah. Anda mungkin berteriak, "Tidak adil!" karena bagi seorang anak kecil, adil artinya seimbang. Begitulah cara berpikir anak kecil, namun sayangnya banyak orang dewasa berpikir demikian juga! Kita menilai bagian yang kita terima berdasarkan bagian yang diterima orang lain. Kita tidak melihat lingkup yang luas.
Allah satu-satunya yang dapat melihat "lingkup luas" ini. Dengan bijaksana Ia menciptakan setiap orang dalam kerangka rencana-Nya yang kekal. Kita diciptakan berbeda karena kita memiliki tugas dan tujuan yang berbeda untuk kita penuhi dalam dunia dan dalam Tubuh Kristus. Mazmur 84:12 berkata, "Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." Kita tidak selalu diberi karunia-karunia dan kemampuan-kemampuan yang kita inginkan, namun kita diberi hal-hal yang kita perlukan dalam rangka memenuhi tujuan Allah dalam kehidupan kita.
Coba pikirkan hal lain yang sering kita pertanyakan: jenis kelamin kita. Mungkin Anda lebih suka memilih pria...dari pada wanita, atau sebaliknya Anda lebih suka menjadi wanita daripada pria. Amat banyak orang zaman ini mempertanyakan identitas seksualnya. Apakah aku seharusnya jadi pria... atau wanita? Seandainya aku adalah pria. Seandainya aku adalah wanita. Mungkin Anda berpikir bahwa sebagai wanita Anda tidak cukup feminin, atau sebagai pria Anda tidak cukup 'macho'.
Banyak pemuda-pemudi berpikir bahwa Allah keliru dalam menciptakan mereka, karena mereka merasa tidak dapat memenuhi standar kehidupan yang ditetapkan oleh orang tua dan teman-teman mereka. Namun Allah tahu dengan tepat Ia ingin Anda menjadi seperti apa. Tidak keliru! Dalam keadilan-Nya Allah tahu dengan tepat bagaimana menciptakan Anda, dan Ia secara khusus memilih jenis kelamin Anda, lelaki atau perempuan.

Menyalahkan Allah

Beberapa tahun yang lalu aku membimbing seorang gadis yang mempunyai sifat yang keras. Mula-mula aku menyangka ia seorang pemuda. Umurnya baru 16 tahun dan ia telah menjadi pemimpin 'gang'. Ketika aku mulai bicara tentang Tuhan, terlihat api kemarahan yang besar di matanya. Aku terus mengatakan tentang bagaimana Allah mengasihinya, dan kulihat matanya mulai berkaca-kaca. Ia menunduk dan berkata dengan perlahan, "Jika Allah adil, bagaimana mungkin ia tega menempatkan aku dalam keluarga seperti keluargaku. Aku benci Allah karena Ia memberiku keluarga seperti itu."
Ia mulai berkisah. Sebuah kisah pedih tentang bagaimana ayahnya memperkosanya ketika ia masih belia dan setelah itu melanjutkan hubungan seks dengannya selama 3 tahun. Ia benci ayahnya. Ia ingin membunuh ayahnya. Ia mulai bercerita bagaimana ia tumbuh dalam kebencian dan penolakan terhadap kewanitaannya.
Ketika membahas tentang keadilan Allah, aku menjelaskan bagaimana ketidakadilan manusia telah mengakibatkan penderitaan atas banyak orang. Kuyakinkan dia bahwa Allah tidak pernah ingin ayahnya memperkosanya, dan bahwa hati Allah tercabik karena perlakuan yang dialaminya.
Kutatap gadis itu dan berkata, "Aku tidak dapat mengatakan kepadamu mengapa ada penganiayaan seksual dalam suatu keluarga. Allah membenci dosa itu lebih daripada kau membencinya. Tetapi satu hal aku mengerti: Allah berkata bahwa Ia adil, dan Ia tidak dapat berdusta. Kau amat menderita karena kelaliman ayahmu, namun kau harus tahu bahwa Tuhan bukanlah penyebab ketidakadilan yang kau alami itu. Mempercayai kasih dan keadilan Tuhan adalah satu-satunya jalan yang dapat membuatmu merdeka dari kepedihan dan derita masa lalumu.
"Di kayu salib, Yesus merangkul keadilan Allah dan menyodorkan belas kasihan kepada kita." Kujelaskan kepadanya, "Sekarang Allah menyodorkan belas kasihan kepadamu. Jika kau datang dan percaya belas kasihan serta keadilan-Nya, maka kau dapat dibebaskan dari kebencian yang mengancam kesejahteraan hidupmu."
Aku tahu di hatinya ia bergumul, jadi aku memutuskan untuk menceritakan kesaksian dari orang-orang yang mau percaya bahwa Allah selalu adil - bahkan di tengah-tengah orang yang berbuat lalim. Kujelaskan bahwa setelah mereka mau mengambil keputusan yang berat ini, maka mereka yang hatinya terluka ini tertolong. Gadis itu terdiam sejenak. Kemudian dengan tenang ia meminta Tuhan memasuki kehidupannya.
Sungguh ajaib menyaksikan hal yang terjadi sesudah itu. Tidak pernah kulupakan saat pertama kali ia memakai gaun wanita, ia sungguh cantik. Dulu kulihat seorang gadis kaku, yang berusaha keras berdandan sebagai pria. Tidak lama setelah itu, ia berubah total.
Salah satu sukacita terbesar dalam hidupku adalah ketika berjalan bersama ayahnya dan menjelaskan bagaimana dan mengapa kehidupan putrinya berubah. Hatinya hancur, dan ia memberikan hatinya kepada Allah. Melalui pertobatan ayahnya, kami melihat seluruh keluarga ini datang kepada Tuhan. Namun bukan hanya sampai di situ. Belakangan gadis itu mengundangku untuk berbicara dengan pemimpin 'gang'nya waktu di SMU, dan hasilnya banyak anak muda datang untuk mengenal Yesus.
Semua ini terjadi karena seorang gadis yang diperlakukan secara tidak adil telah bangkit dalam iman untuk percaya pada keadilan Allah. Lalu tangan Allah dengan leluasa membawa belas kasihan-Nya kepada keluarga yang tercabik dan porak poranda oleh dosa ini.
Mungkin Anda pernah mengalami situasi yang mirip dan bertanya, "Mengapa?" Kita semua telah menderita ketidakadilan karena manusia tidak adil! Allah menantang kita untuk bangkit mengatasi semua itu dan menatap Dia; menyimak sifat-sifat-Nya dan percaya akan keadilan-Nya. Keraguan kecil akan keadilan Allah bahkan dapat saja melumpuhkan iman kita dan membuat kita sulit untuk percaya dan mempercayakan diri kepada-Nya.

Percaya pada Sifat Allah

Dalam Mazmur 33:5 Alkitab berkata, "Ia senang kepada keadilan dan hukum; bumi penuh dengan kasih setia Tuhan". Juga Mazmur 9:16, "Tuhan telah memperkenalkan diri-Nya, Ia menjalankan penghakiman." Jadi kita tidak dapat mengenal sifat Tuhan sebelum kita datang untuk percaya pada keadilan-Nya.
Salah satu area yang sering terpengaruh oleh tidak percayanya kita terhadap Allah adalah dalam hal menerima petunjuk / pimpinan ilahi. Contohnya, di antara kita banyak yang pernah merasa bahwa Allah ingin kita berbuat sesuatu yang spesifik. Anda berfikir bahwa Anda tahu kehendak Allah, jadi Anda melompat dan langsung menjalankan rencana itu. Namun segalanya menjadi berantakan! Akibatnya sesudah itu Anda jadi takut untuk melangkah dengan iman lagi. Banyak orang Kristen masa kini tidak bergerak dalam iman karena takut. Mereka tidak percaya Allah karena mereka berpikir bahwa Allah justru yang menggagalkan mereka, atau bahwa Ia bertindak tidak adil di masa lalu.
Seorang pemuda yang terlibat penuh dalam pelayanan mengalami masa-masa sulit untuk mendengarkan Tuhan dalam doa. Suatu ketika kami berbincang berdua saja. Kukatakan kepadanya, "Ada suatu penghalang antara kau dan Allah. Setiap kali kau ingin mendengar-Nya, maka tembok itu muncul sehingga kau tidak menerima petunjuk-Nya."
Ia bercerita bahwa sebelum menjadi Kristen, hatinya pernah terluka parah karena putus cinta beberapa kali. Sebagai orang percaya yang masih baru, ia memutuskan untuk berjalan dalam kebenaran dan menyerahkan hubungannya dengan sesama dalam bentuk apapun kepada Tuhan. Tidak lama kemudian ia berjumpa dengan seorang gadis yang menarik dan ia mulai ingin mengenal gadis itu. Ia tidak membuat pendekatan sebelum ia mencari wajah Tuhan, karena ia ingin bertindak dengan "tepat".
Dengan rajin ia mulai mencari kehendak Tuhan dan meminta nasehat penatua-penatua jemaat. Setelah mereka berdoa, maka mereka merestui keinginannya. Jadi pemuda ini mulai mendekati gadis itu, dan ternyata ia tidak bertepuk sebelah tangan. Gadis itu juga merasakan hal yang sama, jadi kemudian mereka segera bertunangan.
Namun sebelum memasuki pernikahan, gadis itu pergi menjenguk keluarganya dan pulang ke kampung halamannya selama sebulan. Tapi lewat dua bulan... tiga bulan... empat bulan... akhirnya gadis itu mengirim berita bahwa ia membatalkan pernikahan. Ketika pemuda ini masih menderita dan tergoncang, ia menerima kartu undangan pernikahan gadis itu. Gadis itu menikah dengan pemuda lain.
Hatinya hancur, dan sejak itu ia menyimpan kemarahan terhadap Allah. Ia percaya bahwa Tuhanlah yang membiarkannya menderita. Namun sebenarnya ia menuduh Allah untuk hal yang bukan kesalahan-Nya.

Mencari Kehendak Allah

Kita perlu menyadari kala kita berpikir bahwa kita telah menerima pimpinan Tuhan dan hal yang terjadi tidak seperti seharusnya bahkan malahan berantakan, maka ada tiga kemungkinan yang perlu kita pertimbangkan:
  1. Sebenarnya bukan Allah yang berbicara kepada kita
  2. Sebenarnya hal itu angan-angan kita sendiri
  3. Memang dari Allah
Jika memang dari Allah, maka ada 3 kemungkinan:
  1. Waktunya tidak tepat
  2. Motivasi kita salah
  3. Orang-orang lain yang terlibat, dalam kebebasannya, telah mengambil keputusan yang tidak sesuai dengan kita. Tuhan tidak akan memaksakan kehendak-Nya atas orang itu. Orang itu tetap memiliki kehendak bebas.
Jadi aku duduk dengan pemuda yang patah hati itu, dan berkata, "Aku percaya Allah bertindak adil terhadapmu. Jika kau menerima fakta bahwa Ia adil, maka bukan hanya akan menyembuhkan luka hatimu, namun Ia akan memberimu sesuatu yang jauh lebih baik, yang akan membuatmu tercengang."
Dengan berlinang air mata pemuda itu meminta pengampunan dari Allah atas kemarahannya terhadap Dia selama ini. Lalu kami berdoa dan memohon pemulihan. Akhirnya ia mengerti bahwa situasi ini melibatkan kehendak bebas si gadis yang dicintainya. Allah tidak melanggar kehendak bebas si gadis, meskipun keputusan gadis itu melukai seorang lain dengan parah.
Hal yang indah tentang kisah inipun terjadilah. Allah mempertemukan pemuda ini dengan seorang gadis lain. Mereka menikah dan menyerahkan hidup mereka dalam pekerjaan misi di Asia. Mereka berdua kini menjadi salah satu pasangan yang paling berdayaguna di ladang misi. Setiap kali berjumpa denganku, pemuda ini tersenyum dan berkata, "Allah adil!"
Pemuda ini tidak dapat membayangkan Allah memberinya istri yang lebih baik. Dedikasi dan panggilan-Nya dalam kehidupan gadis (yang kemudian menjadi istrinya) ini, membentuk mereka menjadi pasangan yang cocok. Allah adil!

Kepedihan dapat Membentuk Tembok... atau Jembatan!!

Ketimbang membiarkan situasi yang menyakitkan membentuk sebuah tembok pemisah antara Anda dan Tuhan, lebih baik Anda menjadikannya sebuah jembatan! Tidak ada tragedi di bumi yang tidak dapat diselamatkan oleh Allah bila Anda menyerahkannya kepada-Nya. Pada akhirnya, bukan keadaan yang menentukan nasib kita, tetapi sikap kitalah yang menentukan nasib kita. Kesulitan hidup tidak dapat memisahkan seseorang dari damai Ilahi, tetapi hati yang penuh angkara dapat merampas kepenuhan hidup dalam Kristus sehingga kita kehilangan segalanya. Setiap orang harus membuat pilihan penting, yakni membiarkan keadaan menyusahkan kita, atau membuat kita semakin penuh dengan kasih.
Apakah dalam kehidupan Anda ada hal-hal menyakitkan yang menyebabkan Anda meragukan cinta dan belas kasihan Tuhan? Mungkin berupa cacat bawaan sejak lahir, cacat karena kecelakaan, penyakit yang tak tersembuhkan, atau kematian seseorang yang Anda kasihi. Kita menganggap Allah yang berkuasa atas segala sesuatu telah membuat kepedihan ini terjadi dalam kehidupan kita. Namun kita lupa bahwa hal-hal yang cacat terjadi karena kita masih hidup dalam dunia yang cacat! Sebelum Tuhan Yesus datang kembali, umat manusia akan terus dipengaruhi oleh akibat dari dunia yang telah jatuh dalam dosa.
Aku tidak mengerti hal apa yang telah terjadi dalam kehidupan Anda, namun Allah mengerti semua itu. Hanya Allah yang dapat memerdekakan Anda dari kepedihan-kepedihan yang disebabkan oleh kejadian / keadaan menyakitkan, atau oleh ketidakadilan sesama manusia di masa lalu Anda. Jika kepedihan masa lalu telah membentangkan tembok pemisah antara Anda dan Allah, maka tembok itu harus diruntuhkan sebelum kesembuhan sejati dapat menjadi kenyataan dalam kehidupan Anda. Jika Anda menolak-Nya karena meragukan sifat-Nya maka sebenarnya Anda menolak satu-satunya harapan kemerdekaan dan kesembuhan.
Saat ini juga aku ingin mendesak Anda agar mengijinkan Tuhan menyelidiki hati Anda untuk masalah-masalah tak terjawab sehubungan dengan keadilan-Nya. Bila Anda menyalahkan Allah untuk situasi-situasi pedih yang Anda alami, atau bahkan menuduh-Nya dengan marah, maka datanglah kepada-Nya dalam doa dan mohonlah pengampunan-Nya. Mintalah secara pribadi agar Anda boleh mengerti keadilan-Nya sehingga Anda dapat bebas untuk mengasihi dan mempercayai-Nya. Hal ini benar-benar merupakan langkah penting dalam pertumbauhan Anda sebagai orang Kristen, karena orang yang dapat menerima keadilan Allah justru sekaligus merupakan orang yang mengenal kedamaian Allah dalam kehidupannya.
Kalafi Moala adalah anggota staf Youth With A Mission sejak tahun 1967. Beliau melayani sebagai Koordinator Misi Sukarela Internasional. Beliau terlibat dalam sejumlah pelayanan untuk menjangkau mereka yang terhilang, dan merintis pekerjaan-pekerjaan di New Guinea, Jepang dan Hawai. Sementara ini beliau cuti dari kegiatan YWAM dan kini menerbitkan harian berbahasa Inggris di tanah airnya Tonga.
Sumber: Moala, Kalafi. 1990. "The Justice of God". (LD#114). Lyndale, Texas: Last Days Ministries.

Sumber : http://www.bagimunegeri.com/